A.
Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya manusia adalah
makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya.
Ketika seorang anak masuk dalam lingkungan sekolah, maka anak berperan sebagai
siswa. Siswa yang memiliki kepercayaan diri yang baik akan mudah bersosialisasi
dengan baik dan lancar dalam memperoleh pemahaman tentang ilmu pengetahuan yang
diberikan dalam sekolah. Pendidikan merupakan suatu kegiatan mengoptimalkan
perkembangan potensi dan kecakapan, serta sebagai salah satu modal untuk
mencapai kemajuan bangsa yang sekaligus meningkatkan harkat martabat manusia. Dapat
dijelaskan bahwa dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia yang cakap serta
berilmu dan juga berpotensi dapat dikembangkan melalui kegiatan sekolah yaitu
kegiatan kokulikuler, intrakulikuler, dan ekstrakulikuler, disamping itu
bimbingan konseling juga ikut andil di
dalamnya, yakni membimbing siswa meraih pengembangan diri yang optimal sesuai
dengan tahap perkembangan dan tuntutan lingkungan yang positif.
Siswa yang masih duduk di bangku SMA
/ SMK adalah siswa pada usia remaja, antara usia 15- 17 tahun. Remaja adalah
masa peralihan dari masa kanak – kanak yang penuh ketergantungan menuju masa
pembentukan bertanggung jawab. Perubahan yang terjadi di masa remaja akan
mempengaruhi perilaku individu. Pada masa remaja inilah siswa harus memiliki
kepercayaan diri yang cukup untuk melangkah karena aspek kepercayaan diri ini
merupakan aspek yang sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian siswa.
Kepercayaan diri sangat dibutuhkan oleh setiap siswa, karena aspek kepercayaan
diri ini mempengaruhi dalam setiap proses belajarnya, baik dalam belajar di
kelas, di rumah atau di manapun.
Keberhasilan pendidikan terutama
pendidikan formal salah satunya ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar yaitu dengan cara menumbuhkan kepercayaan diri siswa.
Menurut Skinner dalam M. Joko Susilo (2006: 24) berpendapat bahwa belajar
adalah suatu perilaku. Pada saat siswa belajar, maka respon siswa menjadi lebih
baik dalam menerima pelajaran. Sebaliknya, bila siswa tidak belajar maka respon
siswa tersebut menurun. Artinya bahwa seseorang yang mengalami proses belajar
akan mengalami perubahan perilaku, yaitu dari tidak mengerti menjadi mengerti,
dari tidak bisa menjadi bisa dan dari ragu-ragu menjadi yakin. Guru merupakan
kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan bertanggung jawab untuk mengatur,
mengarahkan, serta menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk melakanakan
kegiatan-kegiatan di kelas. Untuk menunjang kegiatan di kelas, maka diperlukan
pemilihan metode yang tepat dan disesuaikan dengan materi atau konsep yang
diajarkan. Semakin banyak siswa dapat mencapai tingkat pemahaman dan penguasaan
materi, maka semakin tinggi keberhasilan dari pengajaran tersebut. Keberhasilan
dalam pembelajaran dapat diperlihatkan oleh siswa melalui sikap dan perilaku
atas apa yang diajarkan di sekolah, dan untuk mengajarkan suatu materi
pelajaran perlu dikaitkan dengan materi lain yang ada hubungannya dengan materi
yang telah dimiliki siswa. Namun yang jadi persoalan sekarang adalah siswa
bermasalah dengan kepercayaan diri.
Seperti yang dikatakan oleh Angelis
(2005 : 20) “rendah diri, rasa malu, rasa takut melakukan sesuatu, frustrasi,
perasaan cemas atau bahkan sikap agresif merupakan indikator dari kurang atau
tidak adanya kepercayaan diri”. Gejala tidak percaya diri ini umumnya dianggap
sebagai gangguan ringan karena tidak menimbulkan masalah besar. Disadari atau
tidak, sebagian besar orang ternyata mengalami gejala tidak percaya diri
seperti ini. Sikap seseorang yang menunjukkan dirinya tidak percaya diri,
antara lain di dalam berbuat sesuatu, terutama dalam melakukan sesuatu yang
penting dan penuh tantangan, selalu dihinggapi keraguan - raguan, mudah cemas,
tidak yakin, cenderung menghindar, tidak punya inisiatif, mudah patah semangat,
tidak berani tampil di depan orang
banyak, dan gejala kejiwaan lainnya
yang menghambatnya untuk melakukan sesuatu.
Dan hal lainnya adalah ketika belajar siswa mudah menyerah dan mengeluh sulit
belajar. Jika diminta untuk mengerjakan soal di depan kelas, siswa takut secara
berlebihan dan merasa tak yakin dengan jawabannya. Mengingat begitu pentingnya
membangun kemampuan percaya diri pada perkembangan siswa sebagai sumber energy (kekuatan)
diri anak untuk dapat mengaktualisasikan diri siswa secara utuh, maka siswa
membutuhkan bantuan orang tua dan guru. Dalam sifat percaya diri tidak hanya
harus dimiliki oleh orang dewasa, tetapi anak-anak juga memerlukannya dalam
perkembangannya menjadi dewasa. Sifat percaya diri sulit dikatakan secara
nyata, tetapi kemungkinan besar orang yang percaya diri akan bisa menerima
dirinya sendiri, siap menerima tantangan dalam arti mau mencoba sesuatu yang
baru walaupun ia sadar bahwa kemungkinan salah pasti ada. Orang yang percaya
diri tidak takut menyatakan pendapatnya di depan orang banyak. Rasa percaya
diri dapat membantu untuk menghadapi situasi di dalam pergaulan dan untuk
menangani berbagai tugas dengan lebih mudah. Peran orang tua sangat vital dalam
menumbuhkan percaya diri anak karena orang tualah yang paling berpengaruh dan
terdekat hubungannya dengan anak. Tapi banyak terjadi, orang tua kurang
menyadari perannya dalam membangun percaya diri anak. Sehingga anak membawa
kebiasaan rumah di bawa ke sekolah. Oleh karena itu, peran guru di sekolah
sangatlah penting untuk memahami kesulitan, kelemahan dan hambatannya dalam
membangun diri siswa.
Ketidakpercayaan
diri dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor dari dalam diri individu
itu sendiri dan faktor dari lingkungan individu. Faktor dari dalam diri
individu adalah rasa benci, rasa takut, kecemasan, tidak dapat menerima kenyataan
hidup dan tidak dapat mengaktualisasikan kemampuan yang ada pada dirinya.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi kepercayaan diri antara lain faktor
keluarga, sekolah, teman sebaya dan masyarakat. Faktor dari dalam diri individu
dan faktor dari lingkungan individu merupakan sumber permasalahan bagi individu
yang mengalami ketidakpercayaan diri. Meskipun kepercayaan diri diidentikkan
dengan kemandirian, orang yang percaya dirinya tinggi umumnya lebih mudah terlibat
secara pribadi dengan orang lain dan lebih berhasil dalam hubungan antar
personal.
Masalah
tersebut merupakan indikator dari kurang atau tidak adanya kepercayaan diri. Hal
ini sudah tentu akan menghambat proses belajar para siswa untuk mencapai hasil
yang optimal. Apabila siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri yang baik
maka dapat dimungkinkan siswa tersebut akan mengalami gagal belajar dan hal ini
dapat menghambat pencapaian tujuan pendidikan. Kegagalan dalam belajar sangat
mempengaruhi kepribadian siswa yang terbentuk karena tidak dapat mencapai apa
yang diharapkan. Berdasarkan hasil penelitian tentang permasalahan yang sering
terjadi pada siswa di SMK/ SMA di peroleh informasi bahwa:
1.
Kurang adanya saling memahami pada
diri siswa. Hal ini mencakup kurang adanya
sikap percaya antar siswa, kurang keterbukaan dari siswa terhadap guru dan
terkadang juga antar sesama siswa sehingga sering terjadi miskomunikasi
antarsiswa yang menjadi salah satu pemicu pertengkaran.
2.
Siswa kurang mampu memecahkan
konflik yang muncul dalam komunikasi antar pribadi, misalnya ketika terjadi
pertengkaran antar siswa, para siswa belum dapat menyelesaikan konflik tersebut
dengan baik dan seringkali konflik tersebut berakibat pada rusaknya hubungan
persahabatan siswa.
Berdasarkan hasil penelitian kelas
tentang keefektifan siswa dalam mengikuti pelajaran dari guru kelas di SMK/ SMA
bahwa:
Siswa
belum mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara tepat dan jelas, dan
siswa tidak memiliki perasaan percaya diri. Hal ini ditunjukkan salah satunya
saat sedang berlangsung proses belajar mengajar di kelas, ataupun ketika ada
mata pelajaran secara kelompok yang harus dipresentasikan dengan diskusi, siswa
belum ada yang mau bertanya atau menyampaikan pendapatnya sehingga terkadang
meresahkan para guru mata pelajaran karena mereka menjadi ragu terhadap
pemahaman para siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan.
Untuk meningkatkan kepercayaan diri
siswa diperlukan pendekatan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang
dimaksud salah satunya melalui pendekatan VAK (Visual Auditoria Kinestetik)
Bobbi De Porter, Mark Recardon and Sarah Singer – Nourie (2000: 84) yang
diterjemahkan oleh Ary Nilandari menyatakan bahwa pendekatan VAK, yaitu:
- Visual (belajar dengan mengingat
- Auditorial (belajar dengan mendengar)
- Kinestetik (belajar dengan gerak dan emosi)
Dengan metode pendekatan VAK ini
diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan diri pada siswa dalam pembelajaran.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di
atas maka dapat diidentifikasikan masalah
sebagai berikut:
- Kepercayaan diri tiap-tiap siswa berbeda-beda.
- Kepercayaan diri yang rendah/ berlebihan tidak menguntungkan bagi siswa.
- Adanya kepercayaan diri yang stabil akan memperlancar aktivitas belajar maupun bekerja.
- Adanya kepercayaan diri berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa
- Belum diketahui seberapa besar peningkatan kepercayaan diri pada siswa dalam pembelajaran melalui pendekatan VAK pada siswa SMK/ SMA
C.
Pembatasan Masalah
Agar
penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih mendalam,
maka diperlukan pembatasan masalah. Dalam penelitian ini dibatasi hal-hal
sebagai berikut:
- Poses pembelajaran yang akan diterapkan dengan metode pendekatan VAK
- Pembelajaran dibatasi pada kepercayaan diri siswa dalam bertanya dan mengerjakan soal
- Kepercayaan diri siswa SMK/SMA
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan, yaitu: “Adakah peningkatan kepercayaan diri siswa
SMK/ SMA pada pembelajaran pada pokok bahasan melalui pendekatan VAK yang dibatasi
pada kepercayaan diri siswa dalam bertanya dan kepercayaan diri siswa dalam
mengerjakan soal?”
E.
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran pada pokok
bahasan dengan pendekatan VAK untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa. Secara
khusus, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa SMK/
SMA pada proses pembelajaran melalui pendekatan VAK.
F.
Manfaat Penelitian
Sebagai
penelitian tindakan kelas, penelitian ini memberikan manfaat konseptual
utamanya kepada proses pembelajaran, disamping itu juga meningkatkan mutu
proses dan hasil pembelajaran itu sendiri dan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
- Memberikan pengalaman sekaligus mengembangkan pengetahuan bagi penulis
- Dapat memberikan masukan bagi para siswa agar lebih meningkatkan kepercayaan diri di dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, sekolah dan masyarakat
- Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru untuk selalu memperhatikan keadaan siswanya yaitu tentang meningkatkan kepercayaan diri
- Dapat memberikan sumbangan kepada proses pembelajaran utamanya pada peningkatan kepercayaan diri siswa sehingga dapat memahami konsep dengan pendekatan belajar VAK
Bisa Download PDFnya Disini DOWNLOAD here !!!
0 Response to "Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Di Dalam Proses Belajar Melalui Pendekatan "VAK""
Post a Comment
Silahkan berikan atau tinggal kan komentar kalian di kolom komentar ya.